Jumaat, 25 November 2011

USAHA ATAS IMAN DAN AMAL

Dakwah adalah tulang belakang agama. Semua Nabi as. Di turunkan di dunia untuk berdakwah. Dengan dakwahlah awal wujudnya agama. Nabi Muhammad saw sendiri telah mencontohkan perjuangannya dalam berdakwah, begitu pula para sahabat r.a.. Perjuangan dan pengorbanan mereka telah banyak di kisahkan dalam kitab-kitab. Hampir seluruh waktu, harta, bahkan diri mereka habis di gunakan untuk memperjuangkan agama. Dengan asbab perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw,  yang kemudian di lanjutkan para sahabat ra, Islam telah menjadi revolusi terbesar yang pernah ada dalam peradapan manusia. Revolusi tersebut meliputi berbagai bidang, termasuk revolusi akhlak dan moral sehingga menjadikan tamadun masyarakat terbaik yang pernah ada. Islam waktu itu telah menunjukkan wibawanya sehingga menjadi kaum yang paling di segani di seluruh dunia. Al-quran dan hadist telah banyak menyebutkan tentang pentingnya usaha agama ini,usaha atas iman dan amal. Usaha dakwah ini sangat mempengaruhi kemajuan dan kemerosotan umat. Banyak wilayah / negara yang dulu teguhnya dengan ajaran Islam kini tinggal bekasnya saja. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian umat untuk mengamalkan dan mengusahakan agama.Agama seperti air yang perlu digerakkan seperti juga dunia yang mana masyarkat kini berlumba2 usaha atas dunia mereka kerana mereka nampak akan kepentingan unia ke atas mereka berbanding agama yang seperti melepaskan batuk ditangga sahaja. Dengan sifat kerahiman ALLAH,telah membangkitkan satu golongan mengusahakan agamaNYA kembali,inilah yang di sabdakan nabi Muhammad s.a.w yang mana setiap 100 tahun,ALLAH akan bangkitkan golongan yang memperbaharui agama.Inilah golongannya,yang penuh dengan tawaju',tawadhuk hanya kepada ALLAH,menidik hati bahawa hanya ALLAH sahaja segalanya,mengeluarkan kebesaran makhluk dalam hati,ketika manusia lain sibuk dengan dunia dan berehat dirumah dengan senang tetapi mereka ini bermujahadah Di jalan ALLAH semata2 untuk menyelamatkan manusia dari azab ALLAH,tetapi masih ada segelintir masyarakt yang memandang sinis kepada golongan ini,ini adalah kerana kurangnya kefahaman agama dalam hati mereka.

Syaikh Muhammad Ilyas rah.a salah satu tokoh yang memahami cita-cita dan perjuangan Rasulullah saw beserta para sahabat ra merasakan kerisauan yang dalam atas ketidak pedulian umat terhadap agama. Apalagi keadaan masyarakat( India) yang beliau saksikan waktu itu yang jauh dari agama. Hal itu semakin menambah kerisauan di hati beliau yang kemudian berusaha mencari jalan keluar untuk mengubah suasana dan keadaan masyarakat atas dasar cinta beliau kepada Umat Islam. Beliau berusaha menegakkan kembali kepentingan usaha dakwah dan menanamkan kefahaman pada umat tentang pentingnya dakwah untuk di usahakan sebagaimana yang telah di tuntut oleh agama, serta agar setiap individu memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan agama. Akhirnya beliau mengirim rombongan dakwah dari india untuk di gerakkan dengan tujuan mempraktikkan kehidupan Islam dan membudayakan usaha dakwah serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan masyarakat. Serta agar berlatih mengorbankan harta, diri dan waktu untuk agama.

Sejarah telah menjadi saksi betapa besar pengaruh gerakan dakwah yang di tegakkan kembali oleh Syaikh Muhammad Ilyas rah.a. Dan telah menjadi satu2 usaha perbaikan umat dalam meninggikan kalimat imaniyah di akhir abad ke-20 ini. Sehingga menjadi tinggilah kepentingan agama di atas kepentingan lainnya dan kepentingan usaha atas agama di atas usaha lainnya. Kemudian orang berbondong-bondong untuk mengutamakan amal daripada mal (harta), menghidupkan sunnah-sunnah dan adab-adab nabawiyah serta menyiapkan diri untuk menjadi pejuang-pejuang agama, dengan mengorbankan harta dan diri mereka di jalan Allah (semata-mata mengharap keridhaa-Nya).

Karena taufik dan inayah dari Allah swt. sajalah, usaha dakwah dan tabligh tersebut kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Allah-lah yang menolong usaha dakwah terswebut dan Allah kuasa untuk menghancurkanya. Pada saat ini dapat di lihat betapa banyaknya manusia yang berbondong-bondong keluar di jalan Allah ke setiap penjuru, bahkan ke setiap sudut perkampungan terpencil dengan semangat, niat, cara dan tujuan yang sama untuk menyebarkan agama, hidayah dan perdamaian. Setiap hari selalu ada jamaah atau rombongan dakwah yang terus di kirim ke berbagai wilayah. Mereka senantiasa mendakwahkan agama siang dan malam, mengingatkan umat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan kecuali mengamalkan agama. Tujuan mereka yaitu untuk memperbaiki diri serta agar agama yang telah di turunkan Allah swt dengan sempurna ini bisa wujud dalam kehidupun umat islam seluruh alam (khususnya pada diri pekerja dakwah itu sendiri). Sehingga seluruh kampung-kampung di seluruh alam bisa hidup sebagaimana Madinah Al-munawarah pada zaman Rasulullah saw. Masjid-masjid dapat hidup sebagaimana kehidupan masjid Nabawi pada zaman Rasulullah saw. Serta agar manusia memahami pentingnya kerja atas agama melebihi kerja atas kebendaan.

Tidak ada satupun lapisan masyarakat yang tertinggal dalam menyambut seruan untuk dakwah tersebut, dari Ulama-ulama, Hufadz Qur’an, pelajar, orang awam, orang miskin, koprat, intelek, ahli perniagaan, pejabat, orang bandar mahupun desa. Berkat usaha dakwah dan tabligh tersebut telah banyak orang yang hidupnya kelam mejadi terang, banyak orang kembali taubat dari kemaksiatannya. Dalam usaha ini,perbezaan suku, bahasa, negara, status sosial tidak menjadi halangan,mereka semua bahu membahu sebagai umat akhir zaman yang mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan risalah kenabian. Bersatu padu menyatukan fikir dan saling tolong-menolong dalam memperjuangkan agama yang sedang sakit parah ini. Ini juga bukti bahwa dakwah memang ampuh untuk memperkuat persatuan umat dan menghindari perpecahan.

Amalan dakwah ini telah bergerak dan berkembang di Afrika seperti Maroko, Al-Jazair, Tunisia, dan Libya. Amalan dakwah ini juga bergerak dan berkembang di Perancis, Belgium, Belanda, Albania, Inggris dan Amerika. Juga di Timur tengah seperti Mesir, Jordan, Syiria, Libanon, Yaman dan negara-negara Arab lainnya, di samping juga di negeri tempat asal mula usaha ini berkembang, yakni India. Saat ini lebih dari 240 negara telah hidup amalan dakwah ini.Ini amat ajaib kerana tiada satu organisasipun yang menyalurkan bantuan kepada mereka,ini menunjukkan bahawa alam usaha agama ini adanya nusrah atau pertolongan ghaib ALLAH, seperti ALLAH mebantu para nabiNYA a.s dan para sahabat r.a.

Usaha dakwah dan tabligh telah berkembang dengan baik bak anai2 meskipun di negara-negara barat yang sangat minoriti Islamnya (seperti Amerika, Eropa, Australi dll). Dengan sebab usaha dakwah di sana, ''PANJI-PANJI ISLAM'' semakin berkibar tinggi. Di sana orang-orang semakin berani untuk menampakkan ke-Islamannya. Orang semakin bangga untuk memakai pakaian sunnah seperti serban dan ghamis. Bahkan banyak orang yang akhirnya masuk Islam asbab usaha dakwah tersebut.

Suatu usaha yang besar, berskala dunia dan berkaliber Internasional tentu mengundang reaksi yang besar pula. Berbagai cemuhan dan kritikan datang dari segala arah, Ada yang mendukung, simpati, mendorong dan mencintainya. Ada juga yang membenci, dan menghalang. Hal ini wajar, hampir semua pembaharuan selalu di iringi pertentangan dan inilah tertib dakwah seperti yang berlaku kepada para nabi dan sahabat. Namun fakta membuktikan, siapapun yang terjun langsung dalam kerja dakwah tersebut maka akan timbul jazbah (semangat) untuk mengamalkan agama. Dan timbul semangat untuk mendakwahkan agama tersebut kepada orang lain.

Tentang asal nama "Jamaah Tabligh”, Pada dasarnya tidak ada penamaan rasmi terhadap kerja dakwah ini, dan awal gerakan da’wah tersebut juga memang tidak ada nama khusus.  Munculnya nama "Jama’ah Tabligh" terwujud secara alami, sebagaimana jika orang menjual ikan maka orang-orang akan menyebutnya "Penjual Ikan" atau jika orang menjual buah-buahan maka orang-orang akan memanggilnya "tukang buah".

Di kisahkan bahwa Maulana Muhammad Ilyas rah.a. ketika memulai kegiatan dakwah tabligh ini mengatakan, “aku tidak memberikan nama apa pun terhadap usaha ini. Tetapi, seandainya aku memberinya nama, tentu aku menamakannya ‘gerakan iman’”. Beliau menyadari bahwa memberikan satu nama khusus pada kegiatan ini berarti membuat golongan baru pada ummat dan ini akan mengakibatkan perpecahan umat.Pada hakikat tablighlah satu2nya golongan islam yang syumul,yang mendidik kita iman,bermasyrakat,menghidupkan amalan sunnah dlm kehidupan,menghidupkan masjid2,n memperbaiki akhlak. Mengapa ada segelintir para tokoh yang kononnya ilmuan,uztaz menyatakan Dakwah dan tabligh sesat tanpa mereka memberikan bukti yang kukuh paa hakikatnya mereka menegakkan amal ibadah seperti sholat, puasa, dzikir, dan sebagainya mengikut sunnah. Sesunggunya, dakwah adalah tanggung jawab setiap individu ummat ini yang harus mereka tunaikan tanpa kecuali.Bukan di bentuk dibawah satu kelompok dakwah(persatuan), oleh kerana itu tentu akan memberi kesan bahwa dakwah adalah tugas anggota kelompok dakwah saja. Dengan pertimbangan itulah Maulana Ilyas tidak memberikan nama terhadap usaha agama ini seperti yang di COP masyarakat nusantara sebagai tabligh.

Contohnya, di beberapa wilayah Indonesia orang-orang mempunyai sebutan yang berbeza-beza. Misalnya jamaah silaturahmi, kuba, jaulah, khuruj, osamah, jama’ah tholib, bahkan ada yang menyebut jamaah periuk karena sering membawa periuk kemana-mana. Agak lucu juga mendengarnya tetapi pada hakikatnya disisi mereka ini adanya ALLAH yang maha sempurna.Ada juga sejumlah aktivis da’wah yang kurang senang bila dirinya di sebut anggota jamaah tabligh. Dakwah dan tabligh adalah tanggung jawab seluruh umat bukan tugasnya sekelompok orang tertentu. Namun yang menjadi kesalahfahaman besar, terutama di malaysia adalah menganggap kerja tersebut hanya milik golongan tertentu. Padahal di harapkan semua umat ikut ambil bagian dalam kerja dakwah ini mengikut kemampuan masing-masing.

Azas (landasan) dari kerja dakwah tersebut adalah musyawarah yang berdasarkan ruang lingkupnya terbagi dalam beberapa tingkatan musyawarah. Tingkat yang paling besar adalah musyawarah dunia yang biasanya di adakan 2 tahun sekali. Musyawarah nasional atau negara biasanya di adakan 4 bulan sekali atau setahun sekali mengiku negara, kemudian di bahagi lagi dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil sebulan sekali, seterusnyadi bagi lagi dalam musyawarah halaqoh (kawasan) biasanya 1 minggu sekali. Sedangkan yang terkecil adalah musyawarah harian yang biasanya di adakan setiap hari di maholla (masjid) masing-masing. Setiap pekerja dakwah juga di anjurkan bermusyawarah setiap hari dengan keluarga di rumahnya masing-masing untuk kemajuan agama (setidaknya kemajuan agama dalam keluarga), sehingga ahli keluarga ikut ambil bagian dalam usaha dakwah. Selain itu juga masih banyak musyawarah-musyawarah lain yang belum di sebutkan di atas karena setiap kerja selalu di awali dengan musyawarah. Dalam musyawarah dunia, perkembangan dakwah di evaluasi, serta di bicarakan terti-tertib yang akan di ambil dalam masa yang akan datang. Sehingga terkadang terjadi perubahan tertib setelah musyawarah dunia.


Berdasarkan tempat berdakwah terbagi menjadi dua, yaitu intiqoli dan maqomi. Intiqoli yaitu dakwah di tempat orang lain atau kampung lain dengan berpindah atau dengan melakukan perjalanan dengan masa tertentu. Orang di sekitar tempat yang di datangi di harapkan akan memberi bantuan untuk kerja dakwah sehingga terjalin kerjasama antara pendatang dengan orang tempatan, sebagaimana kerjasama yang terjalin antara Sahabat muhajirin dan anshor di Madinah pada jaman Rasulullah saw. Sedangkan maqomi adalah dakwah di tempatnya masing-masing. Setiap pekerja di anjurkan untuk meluangkan beberapa jam setiap harinya untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar tempatnya masing-masing untuk mendakwahkan agama. Dalam berdakwah juga di kenal istilah amalan secara infirodi dan Ijtima’i. Infirodi yaitu amalan secara individu sedangkan ijtima’i secara berkelompok(berjamaah). Begitu pula dalam berdakwah juga bisa di lakukan secara infirodi maupun ijtima’i.

Pekerja dakwah di anjurkan untuk mengikuti tertib-tertib dan arahan-arahan yang di sepakati guna menjalankan dakwah, misalnya ketika keluar di jalan Allah (khuruj fi sabilillah) hendaknya memperbanyak da’wah ilallah, ta’lim wa ta’lum, dzikir wal ibadah,dan khidmat. Mengurangi masa makan dan minum, tidur dan istirahat, bicara sia-sia, keluar dari lingkungan masjid. Menghadapi segala kesulitan dengan sabar. Jangan menyinggung masalah politik, khilafiyah (perbezaan pendapat di kalangan ulama), status sosial, dan derma sumbangan dalam berdakwah (ketika keluar). (Tidak boleh menyinggung masalah politik dan khilafiyah karena membicarakan hal tersebut ketika keluar di jalan Allah bisa menimbulkan perdebatan dan perpecahan di antara jamaah). Dan masih banyak arahan-arahan lainnya.

Pada zaman Rasulullah saw, masjid Nabawi menjadi pusat kegiatan umat, dari sana di bentuk jamaah / rombongan dakwah. Di sana juga sebagai pusat belajar-mengajar, pusat beribadah dan pusat melayani umat, Sehingga dalam usaha dakwah dan tabligh ini juga menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah. Berangkat dari masjid dan kembali lagi ke masjid. Untuk kawasan tertentu ada masjid yang di jadikan markaz (bahasa arab untuk kata centre/pusat). Di situlah biasanya para pekerja dakwah melakukan ijtima’ (pertemuan).

Dalam ijtima’ tersebut juga di bentuk jama’ah-jamaah yang akan di kirim ke berbagai tempat untuk berdakwah. Pada malam ijtima’ di adakan bayan,majlis fikir atas iman adan amal iaitu suatu majlis yang membawa kita berfikir sejenak,membuka mata hati dan fikiran. Petugas bayan (mubayin) memberikan nasihat serta dorongan kepada para jamaah agar memikul tanggung jawab agama dengan cara mengorbankan sebagian dari harta, diri dan waktu, untuk keluar di jalan Allah. Bayan di akhiri dengan tasykil iaitu tawaran serta bujukan kepada para jamaah untuk mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu untuk keluar di jalan Allah dengan masa tertentu dalam rangka mendakwahkan agama. Kemudian orang yang berniat untuk ikut keluar (khuruj fi sabilillah) mendaftarkan diri dan nama mereka akan direkodkan ke dalam sebuah buku untuk semakan di masa hadapan untuk tindakan selanjutnya kerana untuk keluar di jalan ALLAH ,kita hanya sekadar berazam an merancang tetapi hakikat yang keluarkan kita ialah ALLAH. Di sana juga biasanya di bacakan kitab Hayatus-Shohabah yang berisi perjuangan dan pengorbanan para sahabat untuk agama, agar para jamaah dapat meneladani para sahabat r.a. dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama. Dengan begitu juga bisa dirasakan bahwa pengorbanan para jamaah belum ada apa-apanya di bandingkan pengorbanan para sahabat r.a dalam membela agama. Orang yang mendapat tugas membaca kitab Hayatus-Sohabah haruslah orang ‘Alim(berilmu).

Kelebihan mereka dalam berdakwah adalah kerelaan mereka mengorbankan keperluannya untuk kepentingan dakwah. Mereka rela mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu mereka untuk mendakwahkan agama  sampai melewati batas pulau dan negara. Dalam berdakwah mereka siap di caci dan di maki, hal itu tidak akan menghentikan mereka. Sehingga ada jemaah yang terbunuh semasa membuat usaha agama,ini sedikit tiakpun membuat mereka berhenti.Hubungan antara pekerja dakwah ini sangat erat, mereka memiliki kesatuan hati yang sangat kuat, di dalamnya ada kasih sayang, dan semangat mengutamakan orang lain (itsar). Keindahan hubungan mereka dapat di lihat dari ijtima’-ijtima’ yang di adakan. Kasih sayang ini bukan hanya untuk sesama pekerja dakwah saja. Dalam berdakwah jamaah senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan baik kepada orang-orang yang di temui tetapi malangnya aa segelintir masyarakat yang becakap belakang menyatakan mereka ini olongan memencilkan diri dan hanay berkumpul dengan golongan mereka sahaj,ini tidak benar dan satu fitnah, hakikat mereka di ajar untuk ikram dan itilat masyarakat. Dalam berdakwah di anjurkan menghindari perdebatan serta berdakwah dengan penuh hikmah dan bijak. Para Da’i di anjurkan menghadirkan sifat ikromul muslimin (memuliakan sesama muslim) terutama kepada Ulama yang di jumpai.

Tidak ada paksaan dalam menjalankan usaha dakwah ini. Walaupun para masyaikh  dan Syuro senantiasa memberi arahan-arahan dan nasihat dalam mengamalkan dakwah, tapi dalam pelaksanaanya apakah akan di amalkan atau tidak kembali kepada setiap individu. Namun alangkah baiknya jika semua orang dapat ikut ambil bagian dalam usaha ini. Usaha dakwah tersebut sangat terbuka, semua orang mapu ikut ambil bagian dalam usaha dakwah cuma tanyalah iman masing2.

Para masyaikh(ulama) juga senantiasa mengingatkan kepada orang-orang yang bekerja di bawah usaha dakwah tersebut bahwa tujuan utama dalam mengamalkan dakwah tersebut adalah untuk memperbaiki diri (ishlah), dan bukannya memperbaiki orang lain sebagai tujuan utama mereka dalam berdakwah.

Amalan dakwah yang telah di konsepkan sangat bagus dan mulia, tapi yang menjalankan dan mengamalkan juga manusia biasa yang datang dari berbagai latar belakang. Tidak mungkin dapat lari dari kesalahan. Jika di cari-cari kekurangan mereka, tentu akan banyak di temukan, hal ini wajar. Di antara mereka sudah ada yang bertugas untuk mengarahkan dan meluruskan.

Secara realiti,hakikat umat saat ini pada umumnya sudah jauh dari apa yang di wasiatkan Rasulullah saw. Banyak masjid di bangun namun semakin sedikit yang memakmurkannya. Masjid hanya untuk dimegahkan namun semakin sepi dari amalan. Pemuda-pemuda kita lebih bangga menirukan gaya selebriti daripada Nabi kita dan menyatakan bahawa gaya sunnah ketinggalan zaman dan hanya sebgai aat bangsa arab, Kita sebagai Umat Islam tidak sedar telah ikut terbawa budaya yahudi dan nasrani. Kini agama, satu-satunya yang menjadi sebab kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan dunia akhirat di anggap sesuatu yang tidak penting sehingga di abaikan begitu saja. Dengan memberi ummat kitab tebal kemudian kita cuma berharap agar umat mengamalkanya sementara mereka belum memahami kepentingan agama merupakan perkara yang hampir mustahil.

Masyarakat terbentuk dari apa yang mereka lihat, masyarakat sudah jauh dari kehidupan islam yang syumul. Cara bagaimana bermu’amalah, mu’asyaroh, berakhlak yang dulu pernah di ajarkan Rasulullah saw kini telah hilang dari umat Islam. Jika dulu ada yang bertanya bagaimana akhlak Rasulullah saw maka dapat di jawab akhlak beliau adalah Al-quran. Namun saat ini kehidupan Islami seolah-olah hanya di dalam buku-buku saja dan hanyalah sekadar di dinding2 sebagai perhiasan,nauzubiollah..

Di zaman sekarang ini, budaya materialisme sudah meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi alhamdullillah masih ada lagi golongan yang ALLAH bangunkan yang mau berkorban untuk mendakwahkan agama,ini merupakan suatu rahmat dari Allah swt yang seharusnya kita tolong dan kita syukuri.  Thola’albadru‘alaina mintsaniyatilwada’ wajaba syukru ‘alaina maada’alillahida’. (Telah terbit purnama di atas kita muncul dari tsaniyatul wada’, wajib bersyukur atas kita selama masih ada Da’i yang mengajak kepada Allah.InsyaLLAH semoga kita dan keluarga serta segala keturunan kita dipilih ALLAH untuk membuat usaha ini,oalah wahai tuan2 yang mulia. dan jika kita tidak mampu untuk melakukan usaha ini tetapi jangnlah kita menjadi sebagai penghalang untuk mereka berjuang mendakwahkan agama yg mulia ini, semoga ALLAH merahmati kita semua..

Tiada ulasan:

Catat Ulasan