Ahad, 29 April 2012

RAHSIA SOLAT TAHHAJJUD

Shalat Sunnah Tahajjud
            Shalat Tahajjud adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur terlebih dahulu, karena arti Tahajjud adalah bangun pada malam hari.Afdhalnya shalat Tahajjud dilakukan pada sepertiga malam yang akhir yaitu kira-kita mulai jam 300 am sampai menjelang masuk waktu shubuh berdasarkan hadits Nabi:"Perintah Allah turun ke langit diwaktu tinggal sepertiga yang akhir dari waktu malam, lalu berseru, adakah orang-orang yang memohon ( berdoa ) pasti akan kukabulkan, adakah orang yang meminta, pasti akan kuberikan dan adakah yang mengharap ampunan, pasti akan kuampuni baginya sampai tiba waktu shubuh"(al  Hadits).

Cara Melaksakan Shalat Tahajjud :
Shalat Tahajjud dilaksanakan dengan Munfarid ( tanpa berjamaah ), minimal dua rokaat dan maksimal tidak terhingga jumlah rakaatnya sampai hampir masuk waktu shubuh dan dilaksanakan setiap dua rakaat satu salam sebagaimana hadits Nabi saw:
"Shalat malam itu adalah dua rakaat, dua rakaat apabila khawatir akan masuk waktu shubuh maka berwitirlah satu rakaat saja" ( HR.Bukhari-Muslim ).
  • > Niat shalat Tahajjud didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram. "Aku niat shalat sunah Tahajjud dua rakaat karena Allah"
  • > Membaca doa Iftitah
  • > Membaca surat al Fatihah
  • > Membaca salah satu surat didalam al quran.Afdhalnya rokaat pertama membaca surat al Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat al Ikhlas
  • > Ruku' sambil membaca Tasbih tiga kali
  • > I'tidal sambil membaca bacaannya
  • > Sujud pertama sambil membaca Tasbih tiga kali
  • > Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya
  • > Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali.
  • > Setelah selesai rakaat pertama, lakukan rokaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian  Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali dan rakaat-rakaat selanjutnya sama dilakukan seperti contoh diatas.
  • > Setelah selesai shalat Tahajjud bacalah zikir yang mudah ( Allah - Allah - Allah ) terutama perbanyak Istigfar (mohon ampun), adakan dialog bathin dengan Allah sampaikan semua unek-unek yang ada dalam hati lalu ditutup dengan doa. 

    Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam al-Qur'an Surat al-Muzzamil ayat 1-2 yang berbunyi,

    'Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di malam hari.'

    Ayat ini sebuah seruan kepada Nabi Muhammad agar melaksanakan qiyamul lail. Kata 'berselimut' dapat diartikan orang yang sedang bermasalah, dirundung duka, kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran atau ketakutan dalam mengarungi bahtera kehidupan yang tidak menentu sebab turunnya ayat ini diturunkan setelah Nabi Muhammad menghadapi masalah berat, dicaci maki, ancaman dan percobaan pembunuhan.

    Sebagaimana dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak lepas dari masalah satu ke masalah lainnya, seolah tidak pernah dari berbagai masalah, duka dan kekhawatiran. Untuk itu, sholat tahajud bagi kita merupakan kebutuhan demi menghadapi berbagai masalah yang tak kunjung usai. Hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kita memohon pertolongan, sumber dari segala pertolongan untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi dalam hidup kita sekarang ini. 

pengembaraan mujahid 1....

ALLAHu AKBAR ALLAHu AKBAR....
ASYHAUA'LLAILLA HAILLALALLAH....
ASYHADUANNA MUHAMMA RASULLULLAH
sepasang kaki kecil melangkah dengan tenang menuju pangggilan suara yang dirindui lagi dicintai..
sambil bibir membalas setiap ucapan yang berkumandang itu...rintik-rintik hujan membasahi tubuh..menggigil kesejukan tubuh kecil itu..menusuk hinga ke tulang.. tetapi hatinya panas dengan api cinta..cuaca bagaikan memahami hatinya,.hatinya yang lemah berdetik kecil, wahai RAJA.terima kasih kerana KOU sudi menjemput diri situkang sapu sampah hadir ke istanaMU, mata yang redup menumpah mutiara jernih membasahi pipi..dia membiarkan sahaja mutiara itu jatuh kerana sememnagnya tidak mampu dia menahan kerinduan di hatinya...air matanya makin deras jatuh tika teringat betapa maha pengisih n penyayangnya RAJA...membls setiap langkah2 itu dengan imbuhan darjat disisiNYA n melupakan setiap kesilapan...betapa maha pemurahnya RAJA..dlm keasyikan  melayan perasaan, kakinya telah sampai di gerbang istana RAJA..hatinya yang tenang makin berdebar untuk berdepan RAJA MAHA PENYAYANG........ sambil mengucapkan salam dan selawat ke atas nabi muhammad s.a.w , kakinya melangkah sayu apabila melihat betapa luasnya rumah ALLAH ini brbnding hamba2NYA yg berada di dlmnya.. dia menuju di suatu tiang di dlm masjid tersebut lalu melabuhkan diri duduk sambil melihat sekeliling ,dengan perasaan sedih membilang umat yg berada di rumah ALLAH ketika itu, ermmm hanya satu saf sahaja, diiringi linangan air mata ,memikirkan masalah umat yg makin jauh dr ALLAH.. tak sampai 1% yg hadir.. beristigfar dia seketika.. sambil memikirkan bagaiaman utk membawa umat kembali kpd ALLAH.... sedar tidak sedar muazzin telah memberi qamat memanggil jemaah memasuki saf bersedia utk mengadap RAJA. Menggigil tubuhnya, utk mengadap si MAHA PERKASA.MAHA PEMILIK tubuh ini,apalah akan aku jawap nanti dihadapaNYA.. manakah hamba2KU yg lain... makin mengeletar tubuhnya bila memikirkan soalan itu........ bersambung

MATAHARI MENGELILINGI BUMI ???

MATAHARI MENGELILINGI BUMI ?
              
"Dan matahari itu berjalan (bergerak) di tempat ketetapan baginya, yang demikian itu ketetapan Allah Yang Maha Gagah dan Maha Mengetahui"     Yaasin : 38


     Kenyataan  tentang bumi mengelilingi matahari dan matahari statik di tempatnya sendiri memang sudah sebati bagi kita yang dilahirkan di abad ke 20. Benarkah bumi mengelilingi matahari. Kita percaya seratus peratus kerana ia adalah pendapat sains kerana sains membuktikan teorinya itu dengan gambar dari satelit dan disokong pula oleh pendapat majoriti ahli sains diseluruh dunia.


     Sejak 2500 tahunPYGRUSRISKANDAR PTOLEMY pada tahun 150 Masehi  berpandukan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Menurut ajaran Islam, matahari mengelilingi bumi. Pendapat ini telah diterimapakai selama lebih kurang 12 abadabad ke 14 Masehi, muncul COPERNICUS NICOLAUSPYGRUSR tadi. Namun pendapat ini hanya mendapat sokongan sekitar abad ke 16 apabila ia disokong oleh YOHANES KEPLER.  yang lalu melahirkan pendapat bahawa bumi mengelilingi matahari. Kemudian pendapat ini telah dibatalkan oleh tanpa sebarang bantahan. Sekitar seorang tokoh Gereja membangkitkan kembali teori


     Ironiknya, setelah pendapat  matahari mengelilingi bumi diterimapakai selama 12 abad tanpa sebarang bantahan, muncul kembali teori lama dan lapuk  bumi mengelilingi matahari oleh seorang tokoh gereja. Mungkin anda faham !! Sebagaimana yang kita tahu sekitar abad ke 14 itulah kuasa-kuasa Kristian - Eropah berlumba-lumba untuk menjajah dan menghacurkan Islam serta menyebarkan agama Kristian. Tentu anda masih ingat tentang motto Portugis misalanya (3G - Glory, Gospel, Gold). Jadi, ini adalah usaha mereka untuk membuktikan al-Quran itu salah dan Kristian itu benar.

     Dhohir dalil-dalil syar’I menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah yang menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam dipermukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhohir dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk mentakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut:

1.Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman tentang Nabi Ibrahim akan hujjah-nya terhadap orang-orang yang menentang Rabb, firman-Nya:
…فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ …(258) سورة البقرة.
“…sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia (matahari) dari barat…” (QS. Al-Baqoroh: 258).
2.Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang Nabi Ibrohim:
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (78) سورة الأنعام.
“Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:’Inilah Rabku, ini yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:’Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan” (QS. Al-An’am: 78).
Jika Allah menjadikan bumi mengelilingi matahari, niscaya Allah akan berfirman:”Ketika bumi itu hilang darinya (matahari, pent)”.
3.Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُ … (17) سورة الكهف
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari arah gua mereka ke sebelah kanan dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu…” (QS. Al-Kahfi: 17).
Dalam ayat di atas Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu berasal dari bumi, maka niscaya Allah akan berfirman:”gua mereka condong darinya (matahari)”. Begitu juga bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah (matahari) yang berputar meskipun dilalah-nya sedikit dibandingkan dengan dilalah firman-Nya:”condong dan menjauhi mereka”.
4.Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (33) سورة الأنبياء.
“Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya’: 33).
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata:”Berputar dalam satu garis edaran alat pemintal”. Penjelasan itu terkenal darinya.
5.Allah Azza wa Jalla berfirman:
…يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا…(54) سورة الأعراف
“Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat…” (QS. Al-A’rof: 54).
Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
6.Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (5) سورة الزمر
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Az-Zumar: 5).

Firman-Nya:”Menutupkan malam dan siang” artinya memutarkannya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang di atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berfirman:”Dia menutupkan bumi atas malam dan siang”. Dan makna firman-Nya:”…matahari dan bulan, semuanya berjalan” menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berputar dengan putaran yang semestinya, karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.
7.Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا. وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا (1-2) سورة الشمس
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya…” (QS. Asy-Syams: 1-2).

Makna “mengiringinya” adalah datang setelahnya, dan itu adalah dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan itu mengelilingi matahari, akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi matahari dan kadang-kadang matahari mengiringi bulan, karena matahari kedudukannya lebih tinggi daripada bulan. Dan untuk menyimpulkan ayat ini membutuhkan penelitian.
8.Allah Azza wa Jalla berfirman:”Dan suatu tanda (kekuasaan Allah Yang Maha Besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapn Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (QS. Yaasiin: 37-40).

Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar/batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Menunjukkan bahwa hal itu adalah jalan yang sesungguhnya dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang dan malam dan batas-batas waktu. Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi, maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan, malam dan siang.
9. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar r.a dan matahari telah terbenam. Artinya:”Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi?” Dia (Abu Dzar) menjawab:’Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau bersabda:”Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian minta izin lalu diizinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu dia tidak diizinkan. Kemudian dikatakan kepadanya; Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari arah barat (tempat terbenamnya)” atau sebagaimana sabdanya1).
Firman-Nya:“Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya” sangat jelas sekali menunjukkan bahwa matahari itulah yang berputar mengelilingi bumi. Dengan putarannya itu terjadinya terbit dan terbenam (siang dan malam).
10. Banyak hadits-hadits yang menerangkan tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka maka jelaslah bahwa hal itu terjadi dari matahari bukan dari bumi.
Boleh jadi disana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup. Wallahu Muwaffiq.

APAKAH AIR HUJAN DAPAT MEMADAMKAN NERAKA ????

Pada setiap Jumaat, selepas selesai menunaikan solat Jumaat, seorang Imam dan anaknya yang berumur 7 tahun akan berjalan menyusuri jalan di kota itu dan menyebarkan risalah bertajuk "Jalan-jalan Syurga" dan beberapa karya Islamik yang lain. Pada satu Jumaat yang indah, pada ketika Imam dan anaknya itu hendak keluar seperti biasa meghulurkan risalah-risalah Islam itu, hari itu menjadi amat dingin dan hujan mulai turun.

Anak kecil itu mula membetulkan jubahnya yang masih kering dan panas dan seraya berkata "Ayah! Saya dah bersedia"
Ayahnya terkejut dan berkata "Bersedia untuk apa?"
"Ayah bukankah ini masanya kita akan keluar menyampaikan risalah Allah?" jawabnya.
"Anakku! Bukankah sejuk keadaan di luar tu dan hujan juga agak lebat?" tanya si ayah lagi.
"Ayah Bukankah masih ada manusia yang akan masuk neraka walaupun ketika hujan turun?" jawabnya pula.
Ayahnya menambah "Ayah tidak bersedia hendak keluar dalam keadaan cuaca sebegini."
Dengan merintih anaknya merayu "Benarkan saya pergi ayah?"
Ayahnya berasa agak ragu-ragu namun akhirnya menyerahkan risalah-risalah itu kepada anaknya "Pergilah nak dan berhati-hatilah. Semoga Allah bersama-sama kamu!"
"Terima kasih Ayah" Dengan wajah bersinar-sinar anaknya itu pergi meredah hujan dan susuk tubuh kecil itu hilang dalam kelebatan hujan itu.

Anak kecil itu pun menyerahkan risalah-risalah tersebut kepada sesiapa pun yang dijumpainya. Begitu juga dia akan mengetuk setiap rumah dan memberikan risalah itu kepada penghuninya. Setelah dua jam, hanya tinggal satu saja risalah "Jalan-jalan Syurga" ada pada tangannya. DIa berasakan tanggungjawabnya tidak akan selesai jika masih ada risalah di tangannya. Dia berpusing-pusing ke sana dan ke mari mencari siapa yang akan diserahkan risalah terakhirnya itu namun gagal.

Akhirnya dia ternampak satu rumah yang agak terperosok di jalan itu dan mula mengatur langkah menghampiri rumah itu. Apabila sampai sahaja anak itu di rumah itu, lantas ditekannya loceng rumah itu sekali. Ditunggunya sebentar dan ditekan sekali lagi namun tiada jawapan. Diketuk pula pintu itu namun sekali lagi tiada jawapan. Ada sesuatu yang memegangnya daripada pergi, mungkin rumah inilah harapannya agar risalah ini diserahkan. Dia mengambil keputusan menekan loceng sekali lagi. Akhirnya pintu rumah itu dibuka.

Berdiri di depan pintu adalah seorang perempuan dalam lingkungan 50an. Mukanya suram dan sedih. "Nak, apa yang makcik boleh bantu?" Wajahnya bersinar-sinar seolah-olah malaikat yang turun dari langit. "Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik. Saya datang ini hanya hendak menyerahkan risalah akhir ini dan makcik adalah orang yang paling bertuah". Dia senyum dan tunduk hormat sebelum melangkah pergi. "Terima kasih nak dan Tuhan akan melindungi kamu" dalam nada yang lembut.

Minggu berikutnya sebelum waktu solat Jumaat bermula, seperti biasa Imam memberikan ceramahnya. Sebelum selesai dia bertanya " Ada sesiapa nak menyatakan sesuatu". Tiba-tiba sekujur tubuh bangun dengan perlahan dan berdiri. Dia adalah perempuan separuh umur itu. "Saya rasa tiada sesiapa dalam perhimpunan ini yang kenal saya. Saya tak pernah hadir ke majlis ini walaupun sekali. Untuk pengetahuan anda, sebelum Jumaat minggu lepas saya bukan seorang Muslim. Suami saya meninggal beberapa tahun lepas dan meninggalkan saya keseorangan dalam dunia ini".

Air mata mulai bergenang di kelopak matanya.

"Pada Jumaat minggu lepas saya mengambil keputusan untuk membunuh diri. Jadi saya ambil kerusi dan tali. Saya letakkan kerusi di atas tangga menghadap anak tangga menuruni. Saya ikat hujung tali di galang atas dan hujung satu lagi diketatkan di leher. Apabila tiba saat saya untuk terjun, tiba-tiba loceng rumah saya berbunyi. Saya tunggu sebentar, pada anggapan saya, siapa pun yang menekan itu akan pergi jika tidak dijawab. Kemudian ia berbunyi lagi. Kemudian saya mendengar ketukan dan loceng ditekan sekali lagi".

"Saya bertanya sekali lagi. Belum pernah pun ada orang yang tekan loceng ini setelah sekian lama. Lantas saya melonggarkan tali di leher dan terus pergi ke pintu". "Seumur hidup saya belum pernah saya melihat anak yang comel itu. Senyumannya benar-benar ikhlas dan suaranya seperti malaikat". "Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik" itulah kata-kata yang paling indah yang saya dengar".

"Saya melihatnya pergi kembali menyusuri hujan. Saya kemudian menutup pintu dan terus baca risalah itu setiap muka surat . Akhirnya kerusi dan tali yang hampir-hampir menyentap nyawa saya diletakkan semula ditempat asal mereka. Aku tak perlukan itu lagi". "Lihatlah, sekarang saya sudah menjadi seorang yang bahagia, yang menjadi hamba kepada Tuhan yang satu ALLAH. Di belakang risalah terdapat alamat ini dan itulah sebabnya saya di sini hari ini. Jika tidak disebabkan malaikat kecil yang datang pada hari itu tentunya roh saya ini akan berada selama-lamanya di dalam neraka"

Tiada satu pun anak mata di masjid itu yang masih kering. Ramai pula yang berteriak dan bertakbir ALLAHUAKBAR!

Imam lantas turun dengan pantas dari mimbar lantas terus memeluk anaknya yang berada di kaki mimbar dan menangis sesungguh-sungguh hatinya. Jumaat ini dikira Jumaat yang paling indah dalam hidupnya. Tiada anugerah yang amat besar dari apa yang dia ada pada hari ini. Iaitu anugerah yang sekarang berada di dalam pelukannya. Seorang anak yang seumpama malaikat.  Biarkanlah air mata itu menitis. Air mata itu anugerah ALLAH kepada makhlukNya yang penyayang.

ARASY

UKURAN ARASY

Ibnu Kathir dan selainnya dari kalangan ulama mufassir berkata,maksud dari firman ALLAH yg berbunyi :
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (mengadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun" (surah al-ma'aarij:4)
     Mereka berkata " Sesungguhnya jarak Arasy kebumi sepanjang perjalanan 50 ribu tahun dan luasnya sepanjang perjalanan 50ribu tahun"

KETIKA ARASY BERGOYANG

     Kaum muslimin bersepakat dengan riwayat yang mereka dapat bahawa Arasy merupakan makhluk yang paling agung, berat dan sebagai atap bagi seluruh makhluk yang lain. Kerana keagungan dan beratnya, Arasy pernah bergoyang sekali,ketika salah seorang sahabat Rasullullah yang bernama Sa'ad bin Mu'az meninggal dunia pada perang Ahzab.Beliau merupakan salah seorang sahabat yang mendapat posisi yang terbaik di sisi ALLAH S.W.T dan Rasullullah s.a.w, kerana pengorbanannya kepada islam.Ia seorang sahabat yag menjadi perlindung bagi kaum muhajirin menuju Madinah.Rasullullah sangat menyintainnya dan merasa senang bila Sa'ad bin Mu'az berada di dalam masjidnya. Akan tetapi pada suatu malam, Malaikat Jibril datang menemui Rasullullah, seraya bertanya kepada beliau " Siapa diantara para sahabatmu yang meninggal pada malam ini,penghuni langit menyambut gembira akan kematiannya ?" Rasullullah sama sekali tidak mengetahui, di antara para sahabatnya yang meninggal dunia pada malam itu.Tiba-tiba suara teriakan terdengar " Sa'ad bin Mu'az telah meninggal dunia "

KEPENTINGAN SOLAT BERJEMAAH.

Hukum Shalat Berjama’ah



Ketahuilah sebaik-baiknya amalan kalian adalah shalat dan tidaklah menjaga wudhu kecuali seorang mukmin.“ [1]
Apalagi shalat telah diwajibkan Allah terhadap kaum mukminin, sehingga sudah selayaknya kita memperhatikan permasalahan ini. Tentunya berharap dapat menunaikannya secara sempurna.
Kedudukan Shalat dalam Islam Shalat tidak diragukan memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Ia adalah rukun kedua dan tiangnya agama. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Artinya: “Pemimpin segala perkara (agama) adalah Islam (syahadatain) dan tiangnya adalah shalat“.[2]
Seluruh syariat para Rasul menganjurkan dan memotivasi umatnya untuk menunaikannya, sebagaimana Allah berfirman menjelaskan do’a Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam : Artinya: “Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami, perkenankan do’aku.“ [QS. Ibrahiim :40] dan Allah Ta’ala mengisahkan Nabi Ismail ‘Alaihissalam : Artinya: “Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang di ridhoi di sisi Rabbnya.“ [QS.Maryam :55]
Demikian juga menyampaikan berita kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam : Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.“ [QS.Thaahaa :14]
Nabi Isa ‘Alaihissalam menceritakan nikmat yang beliau peroleh dalam ayat Al Qur’an yang berbunyi: Artinya: “Dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup” [QS. Maryam :31]
Bahkan Allah Ta’ala mengambil perjanjian Bani Israil untuk menegakkan shalat. Allah Ta’ala berfirman: Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):”Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.“ [QS.Al Baqarah :83]
Demikian juga Allah perintahkan hal itu pada Nabi Muhamad Shallallahu’alaihi Wasallam dalam firman-Nya: Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.“ [QS. Thaha:132]
Demikian tingginya kedudukan shalat dalam Islam sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjadikannya pembeda antara mukmin dan kafir. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Artinya: “Perjanjian antara aku dan mereka adalah shalat barang siapa yang meninggalkannya maka telah berbuat kekafiran.“[3]
Memang orang yang meninggalkan shalat akan lebih mudah meninggalkan yang lainnya, kemudian terputuslah hubungannya dari Allah Ta’ala. Abu Bakar Ash Shiddiq menyatakan dalam surat beliau kepada Umar: “Ketahuilah perkara yang paling penting padaku adalah shalat, karena orang yang meninggalkannya akan lebih mudah meninggalkan yang lainnya dan ketahuilah Allah Ta’ala memiliki satu hak di malam hari yang tidak Dia terima di siang hari dan satu hak di siang hari yang tidak diterima di malam hari. Allah tidak menerima amalan sunnah sampai menunaikan kewajiban”.[4] Hukum Shalat Berjama’ah Shalat berjama’ah disyari’atkan dalam Islam, akan tetapi para ulama berselisih pendapat tentang hukumnya dalam empat pendapat:
1. Hukumnya fardhu kifayah.
Ini merupakan pendapatnya Imam Syafi’i, Abu Hanifah, jumhur ulama Syafi’iyah mutaqadimin dan banyak ulama Hanafiyah dan Malikiyah. Al Haafidz Ibnu Hajar berkata: “Zhahirnya nash (perkataan) Syafi’I, shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah.
Inilah pendapat jumhur mutaqaddim dari ulama Syafi’iyah dan banyak ulama Hanafiyah serta Malikiyah”[5].
Dalil mereka:
Hadits pertama:
Artinya:“Tidaklah ada tiga orang dalam satu perkampungan atau pedalaman tidak ditegakkan pada mereka shalat kecuali Syaithon akan menguasainya.
Berjamaahlah kalian, karena srigala hanya memangsa kambing yang sendirian”[6].
As Saaib berkata: “Yang dimaksud berjamaah adalah jamaah dalam shalat.”[7]
Hadits kedua:
Artinya: “Kembalilah kepada ahli kalian, lalu tegakkanlah shalat pada mereka serta ajari dan perintahkan mereka (untuk shalat). Shalatlah kalian sebagaiamana kalian melihat aku shalat. Jika telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang kalian beradzan dan yang paling tua menjadi imam.“ [8]
Hadits ketiga:
Artinya: “Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Shalat berjamaah mengungguli shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.‘” [9]
2. Dihukumi sebagai syarat sah shalat.
Shalat tidak sah tanpa berjama’ah kecuali dengan adanya udzur (hambatan). Ini pendapat zhahiriyah dan sebagian ulama hadits.
Pendapat ini didukung oleh sejumlah ulama diantaranya: Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Aqiil dan Ibnu Abi Musa.
Diantara dalil mereka:
Hadits pertama:
Artinya: “Barang siapa yang mendengar adzan lalu tidak datang maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur.“ [10]
Hadits kedua:
Artinya: “Demi dzat yang jiwaku ada ditanganNya, sungguh aku bertekad meminta dikumpulkan kayu bakar lalu dikeringkan (agar mudah dijadikan kayu bakar).
Kemudian aku perintahkan shalat, lalu ada yang beradzan. Kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat dan aku tidak berjamaah untuk menemui orang-orang (lelaki yang tidak berjama’ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka.” [11]
Hadits ketiga:
Artinya: “Seorang buta mendatangi Nabi n dan berkata: “wahai Rasulullah aku tidak mempunyai seorang yang menuntunku ke masjid”. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah n sehingga boleh shalat dirumah. Lalu beliau n memberikan keringanan kepadanya.
Ketika ia meninggalkan nabi n langsung Rasulullah memanggilnya dan bertyanya: “apakah anda mendengar panggilan adzan shalat ? Dia menjawab: “ya”. Lalu beliau berkata: “penuhilah!”.” [12]
3. Hukumnya sunnah muakkad
Ini pendapat madzhab Hanafiyah dan Malikiyah.
Imam Ibnu Abdil Barr menisbatkannya kepada kebanyakan ahli fiqih Iraq, Syam dan Hijaaj.
Dalil mereka:
Hadits pertama:
Artinya: “Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah n bersabda: Shalat berjamaah mengungguli shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.“ [13]
Hadits Kedua:
Artinya:“Sesungguhnya orang yang mendapat pahal paling besar dalam shalat adalah yang paling jauh jalannya kemudian yang lebih jauh. Orang yang menunggu shalat sampai shalat bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang shalat kemudian tidur. Dalam riwayat Abu Kuraib: sampai shalat bersama imam dalam jama’ah.“ [14]
Imam Asy Syaukaniy menyatakan setelah membantah pendapat yang mewajibkannya: “Pendapat yang pas dan mendekati kebenaran, shalat jamaah termasuk sunah-sunah yang muakkad.
Adapun hukum shalat jama’ah adalah fardhu ‘ain atau kifayah atau syarat sah shalat maka tidak”.
Hal ini dikuatkan oleh Shidiq Hasan Khon dan pernyataan beliau: “Adapun hukumnya fardhu, maka dalil-dalil masih dipertentangkan. Akan tetapi disana ada cara ushul fiqh yang mengkompromikan dalil-dalil tersebut, yaitu hadits-hadits keutamaan shalat jama’ah menunjukkan keabsahan shalat sendirian.
Hadits-hadits ini cukup banyak, diantaranya : Orang yang menunggu shalat sampai shalat bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang shalat sendirian kemudian tidur. Hadits ini dalam kitab shohih.
Juga diantaranya hadits orang yang salah shalatnya yang sudah masyhur, dimana Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkannya mengulangi shalat sendirian.
Ditambah dengan hadits: Artinya: “Seandainya ada seorang yang bersedekah kepadanya“ [15]
Ketika melihat seorang shalat sendirian. Diantara hadits-hadits yang menguatkan adalah hadits yang mengajarkan rukun islam, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak memerintahkan orang yang diajarinya untuk tidak shalat kecuali berjama’ah.
Padahal beliau mengatakan kepada orang yang menyatakan saya tidak menambah dan menguranginya: “aflaha in shadaqo” (telah beruntung jika benar) dan dalil-dalil lainnya.
Semua ini dapat memalingkan sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam: “fa laa sholaata lahu” yang ada pada hadits-hadits yang menunjukan kewajiban berjam’ah kepada peniadaan kesempurnaan bukan keabsahannya”[16]. Pendapat ini dirajihkan As Syaukani dan Shidiq hasan Khon serta Sayyid Saabiq.[17]
4. Hukumnya wajib ain (fardhu ‘ain) dan bukan syarat
Ini pendapat Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al Asy’ariy, Atha’ bin Abi Rabbaah, AL Auzaa’iy, Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibaan, kebanyakan ulama Hanafiyah dan madzhab Hambali.
Dalil mereka:
Firman Allah Ta’ala :
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka’at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bershalat,lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.
Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus.
Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu.
Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.“ [QS. An Nisaa':102]
Dalam ayat ini terdapat dalil yang tegas akan kewajiban shalat berjamaah. Shalat jamaah tidak boleh ditinggalkan kecuali dengan udzur seperti ketakutan atau sakit.
Firman Allah Ta’ala:
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’“.[QS. Al Baqarah :43]
Ini adalah perintah, kata perintah menunjukkan kewajibannya.
Firman Allah Ta’ala:
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat.
Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. [QS. Annur :36-37]
Firman Allah Ta’ala:
Artinya: “Katakanlah:”Rabbku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah):”Luruskan muka (diri)mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta’atanmu kepadaNya.
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya”“. [QS.Al A'raf :29]
Kedua ayat ini ada kata perintah yang menunjukkan kewajibannya.
Firman Allah Ta’ala:
Artinya: “Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera.“ [QS. Al Qalam :42-43]
Ibnul Qayyim berkata: “Sisi pendalilannya adalah Allah Ta’ala menghukum mereka pada hari kiamat dengan memberikan penghalang antara mereka dengan sujud ketika diperintahkan untuk sujud.
Mereka diperintahkan sujud didunia dan enggan menerimanya. Jika sudah demikian maka menjawab panggilan mendatangi masjid dengan menghadiri jamaah shalat, bukan sekedar melaksanakannya di rumahnya saja”.
Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : Artinya: “Demi dzat yang jiwaku ada ditanganNya, sungguh aku bertekad meminta dikumpulkan kayu bakar lalu dikeringkan (agar mudah dijadikan kayu bakar). Kemudian aku perintahkan shalat, lalu ada yang beradzan.
Kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat dan aku tidak berjamaah untuk menemui orang-orang (lelaki yang tidak berjama’ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka“[18]
Ibnu Hajar dalam menafsirkan hadits ini menyatakan: “Adapun hadits bab (hadits diatas) maka zhahirnya menunjukkan shalat jamaah fardhu ‘ain, karena seandainya hanya sunnah tentu tidak mengancam peninggalnya dengan pembakaran tersebut.
Juga tidak mungkin terjadi pada peninggal fardhu kifayah seperti pensyariatan memerangi orang-orang yang meninggalkan fardhu kifayah”[19].
Demikian juga Ibnu Daqiqil’Ied menyatakan: “Ulama yang berpendapat bahwa shalat jamah hukumnya fardhu ‘ain berhujah dengan hadits ini, karena jika dikatakan fardhu kifayah, kewajiban itu dilaksanakan oleh Rasulullah dan orang yang bersamanya dan jika dikatakan sunnah, tentunya tidaklah dibunuh peninggal sunnah. Dengan demikian jelaslah shalat jamaah hukumnya fardhu ‘ain”.[20]
Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : Artinya: “Seorang buta mendatangi Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan berkata: “wahai Rasulullah aku tidak mempunyai seorang yang menuntunku ke masjid”. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sehingga boleh shalat dirumah.
Lalu beliau Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan keringanan kepadanya. Ketika ia meninggalkan nabi n langsung Rasulullah memanggilnya dan bertyanya: “apakah anda mendengar panggilan adzan shalat? Dia menjawab: “ya”. Lalu beliau berkata: “penuhilah!”“.[21]
Ibnu Qudamah berkata setelah menyampaikan hujahnya dengan hadits ini: “Jika orang buta yang tidak memiliki orang yang mengantarnya tidak diberi keringanan, maka selainnya lebih lagi”[22]
Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : Artinya: “Tidaklah ada tiga orang dalam satu perkampungan atau pedalaman tidak ditegakkan pada mereka shalat kecuali setan akan menguasainya. Berjamaahlah kalian, karena srigala hanya memangsa kambing yang sendirian” . [23]
Nash-nash ini menunjukkan kewajiban shalat berjama’ah. Pendapat ini dirajihkan oleh Lajnah Daimah lil Buhuts Wal Ifta’ (komite tetap untuk riset dan fatwa Saudi Arabia) [24]dan Syaikh Prof. DR. Sholeh bin Ghanim As Sadlaan dalam kitabnya “Shalatul Jama’ah“ [25] serta sejumlah ulama lainnya. Wallahu a’lam

Sejarah DAKWAH ATAS IMAN DAN AMAL di Malaysia

 

Gerakan Jamaah ini yang dipangggil TABLIGH hanyalah satu panggilan yang telah diberikan kpd kumpulan atau golongan ini oleh masyarakat indonesia, malaysia dan singapura. diasaskan oleh Maulana Muhammad Ilyas (1885-1944). Beliau dilahirkan dan dibesarkan di Kandhela serta menerima pendidikan awalnya di Kuttab sekitar tahun 1896 bersama-sama abangnya Muhammad Yahya.

Sejarah kemunculan gerakan ini bermula di Mewat apabila beliau menubuhkan madrasah-madrasah untuk mendidik orang-orang di situ. Tetapi oleh kerana kurang sambutan maka dibentuknya sebuah jemaah yang bertugas untuk bertabligh dan melawat tempat-tempat tertentu selama beberapa hari. Selepas kematian abangnya iaitu Muhammad Yahya, pusat kegiatannya lalu berpindah ke Masjid Bangle Wali, Nizamuddin, New Delhi. Semenjak inilah gerakan Jamaah Tabligh terkenal ke seluruh India.

Di Malaysia pada mulanya gerakan Jamaah Tabligh berkembang di kalangan orang-orang India Muslim sahaja. Tokoh yang memperkenalkan gerakan ini ialah Maulana Abdul Malik Madani, yang datang ke Singapura dan Selangor sekitar tahun
1952 sebagai utusan dari markasnya di Nizamudin sendiri. Dari Singapura, beliau lalu datang ke Kuala Lumpur selama beberapa hari dan berangkat ke Ipoh dan Pulau Pinang lalu kembali ke Kuala Lumpur dan terus pulang ke India melalui Singapura.

Semasa di Kuala Lumpur beliau disambut oleh beberapa orang tokoh India Muslim seperti Dato' Daud Ahmad Merican, T. K. S Abdul Majeed dan S. O. K Ubaidullah. Melalui bantuan Imam Masjid India di Kuala Lumpur ketika itu, iaitu Mohamed Syed, Maulana Abdul Malik dapat menerangkan program tablighnya kepada orang-orang India-Muslim di sini.

Demikianlah sepanjang tahun 1950-1960 kegiatan Jamaah Tabligh ini tertumpu kepada kaum India Muslim sahaja. Namun begitu mulai tahun 1970-an bermulalah tahap yang kedua dalam sejarah Jamaah Tabligh di Malaysia iaitu apabila kegiatannya turut melibatkan orang-orang Melayu di dalamnya.

PARA SAHABAT KELUAR DI JLN ALLAH S.W.T( DAKWAH )

Para Sahabat Keluar ke Jalan Allah

Sebanyak 150 jemaah telah dihantar dari Madinah dalam masa 10 tahun tersebut. Baginda s.a.w. sendiri telah menyertai 25 daripada jemaah-jemaah tersebut. Sebahagian jemaah tersebut terdiri daripada 10,000 orang, ada yang 1,000 orang, 500 orang, 300 orang, 15 orang, 7 orang dan sebagainya. Jemaah-jemaah ini ada yang keluar untuk 3 bulan, 2 bulan, 15 hari, 3 hari dan sebagainya. 125 jemaah lagi sebahagiannya terdiri daripada 1000 orang, 600 orang, 500 orang dan sebagainya dengan masa 6 bulan, 4 bulan dan sebagainya.
Sekiranya kita menghitung dengan teliti maka akan didapati purata masa yang diberikan oleh setiap sahabat untuk keluar ke jalan Allah dalam masa setahun ialah antara 6 hingga 7 bulan.

Sahabat keluar 5 tahun
Pada tahun 627M satu rombongan sahabat-sahabat Nabi S.A.W yang diketuai oleh Wahab bin Abi Qabahah dikatakan telah mengunjungi Riau dan menetap selama 5 tahun di sana (sebelum pulang ke Madinah)
(dipetik dari kitab 'Wali Songo dengan perkembangan Islam di Nusantara', )

Sahabat keluar 6 bulan
Bara’ Radiyallahu 'anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam telah mengutus Khalid ibne-Walid Radiyallahu 'anhu kepada penduduk Yamen untuk mengajak mereka masuk Islam. Bara berkata: Aku juga termasuk dalam jamaah itu. Kami tinggal di sana selama 6 bulan. Khalid radiyalaahu anhu selalu mengajak mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak ajakannya.Kemudian Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam mengutus 'Ali ibne-Abi Talib Radiyallahu 'anhu ke sana dan memerintahkan kepada Khalid r.a. untuk kembali dengan seluruh jamaah kecuali salah seorang dari jamaah Khalid r.a. yang mahu menemani Ali r.a, maka ia boleh ikut serta dengan Ali r.a. Bara r.a berkata: Akulah yang menemani Ali r.a. selama di sana. Ketika kami betul-betul dekat dengan penduduk Yaman, maka mereka keluar dan dan dating kehadapan kami. Lalu Ali r.a. mengatur shaf mereka untuk mengerjakan solah dan Ali yang menjadi imam dalam solah kami. Selesai solah, Ali r.a membacakan isi surat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka. Setelah mendengar isi surat Rasulullah sallalaahu alayhi wasalam itu maka seluruh Bani Hamdan masuk Islam. Kemudian Ali r.a. menulis surat kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam yang isinya memberitahukan tentang ke-Islaman mereka kepada baginda. Setelah isi surat tersebut dibacakan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam, maka baginda langsung sujud syukur kepada Allah Swt. Setelah mengangkat kepala, baginda berdoa: Keselamatan bagi Bani Hamadan. Keselamatan bagi Bani Hamadan. (Bukhari, Baihaqi, Bidayah-wan-Nihayah)
(Dipetik dari kitab Muntakhab Ahadith, bab Dakwah dan Tabligh,)


Keluar 4 bulan
Ibn Juraij berkata: “Ada seseorang yang menceritakan kepada saya bahawa pada suatu malam ketika Umar radiyalaahu anhu sedang berkeliling (ghast) di sekitar lorong-lorong kota Madinah, tiba-tiba beliau mendengar seorang wanita sedang melantunkan sya’ir:
”Betapa panjang malam ini dan betapa gelap di sekelilingnya, Daku tidak boleh tidur kerana tiada yang tersayang yang boleh ku ajak bercumbu Andai bukan kerana takut berdosa kepada Allah yang tiada sesuatu pun dapat menyamaiNya Sudah pasti ranjang ini di goyang oleh yang lainnya. "Ketika Umar r.a. mendengar sya’irnya itu, maka dia bertanya kepada wanita tersebut, “Apa yang terjadi padamu?” Wanita itu menjawab, “Saya sangat merindukan suami saya yang telah meninggalkan saya selama beberapa bulan.” Umar r.a. betanya, “Apakah kamu bermaksud melakukan hal yang buruk?” Wanita itu menjawab, “Saya berlindung kepada Allah.” Umar r.a. berkata, “Kuasailah dirimu! Sekarang saya akan mengutus orang untuk memanggil suami mu.”
Setelah itu Umar r.a. bertanya kepada anak perempuannya Hafsah r.anha, “Aku akan bertanya padamu mengenai sesuatu masalah yang membingungkan aku, mudah-mudahan kamu boleh memberi jalan keluar untukku. Berapa lama seorang wanita mampu menahan kerinduan ketika berpisah dari suaminya?” Mendengar pertanyaan itu, Hafsah r.anha menundukkan kepala merena merasa malu. Umar r.a. berkata, “ Sesungguhnya Allah tidak pernah merasa malu dalam hal kebaikan.” Hafsah menjawab sambil berisyarat dengan jari tangannya, “Tiga sampai empat bulan.” Kemudian Umar r.a. menulis surat kepada setiap amir (pimpinan) pasukan tentera Islam supaya tidak menahan anggota pasukannya lebih dari 4 bulan.”
(Riwayat Abdur Razzaq dalam kitab Al-Kanz Jilidl VIII, m/s.308).

Ibnu 'Umar (Radiallahu'Anhu) mengatakan bahawa pada suatu malam Umar r.a. keluar (untuk melihat ehwal orangramai), tiba-tiba beliau mendengar seorang wanita sedang bersya’ir:

"Betapa panjang malam ini dan betapa gelap di sekelilingnya Aku tidak boleh tidur kerana tida yang tersayang yang boleh kuajak bercumbu." 

Kemudian Umar r.a. bertanya kepada Hafsah r.anha, berapa lama wanita dapat bertahan tidak bertemu dengan suaminya?” Hafsah r.anha menjawab, “Enam atau empat bulan.” Maka Umar r.a. berkata, “Untuk selanjutnya saya tidak akan menahan tentera lebih dari masa itu.”
(Hr. Baihaqi dalam kitabnya jilid IX m/s 29)
[seperti yang dipetik dari kitab Hayatus Sahabah, bab Al-Jihad]

Keluar 40 hari
"Seorang lelaki telah datang kepada Saiyidina Umar ibnu Khattab r.a. maka Saiyidina Umar r.a. pun bertanya: Di manakah engkau berada? Dijawabnya: Saya berada di Ribat. Saiyidina Umar r.a. bertanya lagi: Berapa hari engkau berada di Ribat itu? Jawabnya tiga puluh hari. Maka berkata Saiyidina Umar r.a.: Mengapa kamu tidak cukupkan empat puluh hari?
(Kanzul Ummal, Juzuk 2 muka surat 288, dipetik dari kitab 'Risalah ad Dakwah)

Keluar 3 hari
Daripada Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi SAW telah memanggil Abdul Rahman bin Auf r.a. lalu bersabda: Siap sedialah kamu, maka sesungguhnya aku akan menghantar engkau bersama satu jama'ah maka menyebut ia akan hadis dan katanya: Maka keluarlah Abdul Rahman hingga berjumpa dengan para sahabatnya, maka berjalanlah mereka sehingga sampai ke suatu tempat pertama bernama Daumatul Jandal, maka manakala ia masuk ke kampung itu ia mendakwah orang-orang kampung itu kepada Islam selama tiga hari. Manakala sampai hari yang ketiga dapat Islamlah Asbagh bin Amru al Kalbi r.a. dan adalah ia dahulunya beragama Nasrani dan ia ketua di kampung itu.
(Hadith riwayat Darul Qutni, dipetik dari kitab 'Risalah ad Dakwah)

"Kejayaan Manusia, Hanya Dalam Agama. Sejauh Mana Dapat Taat Perintah Allah, Dan Hidup Ikut Cara Nabi SAW" Insya Allah. 

Sabtu, 14 April 2012

 Majoriti masyarakat yang tidak kenal secara dekat memandang negatif kepada Jemaah Tabligh. Patang sahaja ada ruang dan titik lemah pasti Jemaah Tabligh akan dilanyak habis-habisan layak statusnya lebih rendah daripada penjenayah dan kaki maksiat. Tak kurang juga orang yang lebih ilmu agamanya memandang sebelah mata terhadap Jemaah Tabligh.

Jemaah  ini yang memperjuangkan 6 prinsip yang diamalkan oleh Para Sahabat tidak  pernah melabelkan mereka sebagai Jemaah Tabligh tetapi label ini di berikan oleh masyarakat setempat,sesungguhnya apa yg mereka amalkan ini dan usahakan inilah kehiupan islam yang sebenar tetapi kerana kesombongan dan kelemahan kita sendiri yang telah menutup mata kita meremehkan mereka,mungkin dikalangan jemaah ada membuat kesilapan dan kelemahan tetapi itu tidak bermaksud apa yang mereka bawa salah,sesat seperti umat islam sekarang yg ramai yang bezina, minum arak, makan riba dll, adakah kerana segelintir umat islam yang membuat maksiat kita memnghukum bahwa agama islam agama yang tidk benar, jadi inilah soalan yang patut ditanya kepada iri kita bukan kita terus menghentam mereka dan hanay mendengar khabar dari pihak2 luar. Jemaah ini hanyalah mengajak umat untuk bersatu, mengajakk umat Islam kembali kepada Al-Quran dengan cara hidup yang ditujukkan oleh Rasulullah SAW. Jemaah yang sentiasa mengajak Solat Berjemaah di masjid, bersangka baik kepada Allah dan sesama Manusia, menghormati yang muda dan memberi khidmat pada yang tua, membudayakan membaca kitab / majilis ilmu setiap hari di rumah dan masjid, mengamalkan akhlak baik, berkongsi ilmu walaupun sedikit, mengajak kita mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam kehidupan dan banyak lagi aktiviti baik yang bertentangan dengan amalan kehidupan moden.

Mana yang lebih baik seandainya seorang pemuda Islam itu mengikut Jemaah Tabligh atau mengikut Jemaah Rempet, dadah dan jenayah? Yakinlah ramai dikalangan kita tidak kisah jika anak bangsanya tercebak dalam dunia rempet, dadah dan jenayah daripada ikut Jemaah Tabligh. Agama lain memang sudah lama tidak suka kepada Jemaah Tabligh yang sentiasa sahaja bertebaran di seluruh dunia tanpa dibayar oleh sesiapa dan lebih malang lagi apabila umat Islam sendiri juga membeci Jemaah Tabligh.
Jemaah Tabligh juga manusia yang sentiasa dibisikan kata-kata hasutan oleh Iblis durjana jadi sudah pasti ada kes-kes terpencil seperti kes kahwin bawah umur dan pencabulan. Jangan hanya kes-kes terpencil ini maka Jemaah Tabligh yang banyak jasanya kepada perkembangan Islam di dunia dilabelkan dengan label yang negatif.
Tak kenal maka tak cinta. Ambilah peluang untuk mengenali Jemaah Tabligh dan azam sekurang-kurangnya sekali seumur hidup kita keluar ke jalan Allah SWT. Siapa lagi yang boleh kita harapkan untuk bertebaran di seluruh muka bumi menegakan Islam sekarang?
Tidakkah mereka perhatikan, bagaimana Allah memulai ciptaan kemudian mengulanginya? Sesungguhnya yang demikian itu mudah saja bagi Allah. Katakanlah:

   ’Berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah, bagaimana Allah memulai ciptaan, kemudian Ia mengulangi penciptaan itu sekali lagi. Sesungguhnya Tuhan Berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. 29:19-20)
Berjalanlah kamu di atas muka bumi, kemudian lihatlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan itu” (Al An’am: 11)